disain instruksional
BAB 1
Konsep Pendekatan Sistem (Systems Approach)
Sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasar atas kebutuhan yang telah ditentukan. Unsur-unsur suatu sistem yaitu a. Input (masukan) misalnya: sumber, biaya, personel b. Output (keluaran) misalnya: hasil, produk, atau keuntungan. Sifat-sifat suatu sistem: a. Terbuka vs Tertutup b. Sederhana vs Kompak c. Hidup vs Tak Hidup d. Susunan Vertikal (hierarchy).
Pengetahuan tentang sistem sangat berguna untuk penyusunan perencanaan (planing). Planning adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Keuntungan adanya suatu perencanaan: 1. Pendekatan sistem memberikan kepada kita suatu alat untuk menganalisis, untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah sesuai dengan yang kita inginkan, dengan menggunakan perencanaan yang sistematis 2. Suatu perencanaan yang sistematik mempunyai daya ramal dan kontrol yang baik.
Langkah-langkah suatu perencanaan yang sistematis adalah: 1. Identifikasi masalh berdasarkan kebutuhan 2. Tentukan syarat-syarat dan alternatif pemecahannya 3. Pilih strategi pemecahannya 4. Laksanakan strategi yang telah dipilih untuk mencapai hasil yang diharapkan 5. Tentukan efektivitas hasilnya dengan jalan mengadakan evaluasi 6. Adakan revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses tersebut. Kelemahan dari planning tersebut adalah: 1. Menghabiskan waktu, tenaga dan biaya 2. Keadaan bisa berubah disaat proses sedang berjalan.
BAB 2
Pengembangan Sistem dan Disain Instruksional
Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan didalam tingkah lakunya. Disain sistem instruksional adalah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional.
Dua macam proses pengembangan sistem dan disain instruksional: 1. Dengan pendekatan secara empiris. Proses ini dilaksanakan tanpa menggunakan dasar-dasar teori secara sistematis. Bahan pengajaran disusun berdasar pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tak sesuai dengan apa yang diharapkan, materi pengajaran direvisi. 2. Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach). Hasil belajar yang diharapkan bisa diklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk tiap tipe tujuan khusus (obyective) dapat dipilihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa diciptakan, dan perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan.
Kelompok-kelompok yang termasuk pengembang sistem dan disain instruksional yaitu: guru sekolah, pengarang, pendidikan dan ahli psikologi, developer dan designer yang profesional.
BAB 3
Model Pengembangan Sistem dan Disain Instruksional
Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suau kebutuhan , pemilihan media, dan evaluasi. Model pengembangan sistem dan disain instruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem dan disain instruksional.
Ada beberapa model pengembangan sistem dan disain instruksional, mulai dari yang sangat kompleks (rumit) sampai kepada model yang sederhana yang masing-masing mempunyai persamaan dan perbedaan misalnya: model PPSI, model Kemp, model yang dikembangkan oleh Dick & Carey, kombinasi Kemp & Dick, model “Instruksional Development Institute” (IDI) . (bisa dilihat di buku “Disain Instruksional” oleh Drs. Abd. Gafur, M. Sc.)
BAB 4
Identifikasi Tujuan Instruksional Umum
TIU merupakan pernyataan umum mengenai hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu program pengajaran. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan TIU yaitu: 1. Kebutuhan untuk mengajarkan TIU tersebut 2. Ahli dalam bidang yang akan diajarkan 3. Materi pelajaran 4. Jenis kemampuan atau tingkah laku sebagai indikator tercapainya TIU 5. Siswa dan kesulitan yang pernah dihadapi.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun dan menilai TIU: 1. Apakah didalam merumuskan TIU digunakan kata-kata kerja yang menunjukan tingkah laku yang harus dilakukan oleh siswa? 2. Apakah TIU tersebut terlalu luas, terlalu sedikit atau cukup sesuai dengan waktu yang tersedia dan kebutuhan siswa? 3. Apakah TIU tersebut jelas atau kabur?
BAB 5
Analisis Instruksional
Analisis instruksional adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional, akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan (sub ordinate skills) yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Kegunaan analisis instruksional adalah: 1. Membantu para guru/pendidik maupun penyusun disain instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa 2. Membantu para guru didalam menganalisis tingkah laku (behavior) yang berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun sub tugas 3. Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.
Metode dan prosedur analisis instruksional: a. Metode analisis instruksional dipergunakan untuk menjelaskan teknik serta langkah-langkah didalam melaksanakan analisis instruksional b. Pendekatan posedural dan hierarki didalam analisa instruksional. Pendekatan prosedural dipakai bila tingkah laku yang diajarkan pada pokoknya merupakan serangkaian tingkah laku yang dilaksanakan secara berurutan untuk mencapai tujuan instruksional umum. Pendekatan secara hierarkhial dipakai untuk mengidentifikasi “sub ordinate skills” atau ketrampilan-ketrampilan yang mendahului atau membawahi (sub skills) yang harus dimiliki sebelum dapat mencapai tujuan instruksional.
BAB 6
Identifikasi Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa
Obyektive atau tujuan instruksional khusus adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa manakala ia telah selesai mengikuti suatu program pengajaran. Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan, termasuk didalamnya lain-lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mulai mengikuti suatu program pengajaran.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan didalam menganalisis karakteristik siswa: 1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal seperti kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan, dan kemampuan gerak (misalnya menggerakkan tangan, kaki dan badan) 2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial kebudayaan 3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dsb.
Metode (teknik) analisis karakteristik siswa: 1. Dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang tersedia 2. Dengan menggunakan tes prasarat dan tes awal 3. Dengan mengadakan konsultasi individual 4. Dengan menyampaikan angket.
BAB 7
Penulisan Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional lebih menitikberatkan pada tingkah laku yang bisa diamati dan diukur. Menurut Bloom ada 3 aspek TIK (objectives) yakni: aspek pengenalan, aspek perasaan, aspek gerak. Kegunaan adanya tujuan instruksional yaitu: memberikan kriteria yang pasti seperti kemajuan belajar siswa dan tingkat kemampuan dapat ditentukan secara pasti, memberikan kepastian mengenai kemampuan/ketrampilan yang diharapkan dari siswa, memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektivitas pengajaran, memberi petunjuk kepada penyusun disain untuk menentukan materi dan strategi instruksional dan untuk siswa sendiri menjadi jelas tentang petunjuk mengenai apa yang dipelajari dan apa yang akan diujikan/dinilai dalam mengikuti suatu pelajaran.
Bagaimana cara merumuskan tujuan instruksional?
- Kriteria perumusan tujuan instruksional yang baik
Menurut Baker ada 4 unsur, yaitu:
- A Subject: the learner (murid, siswa, mahasiswa)
- A Verb: behavior, or behavior product (tingkah laku, hasil tingkah laku)
- Given condition: the situation in wich the behavior occurs. (Syarat atau keadaan di saat siswa menunjukan hasil belajar)
- Standards: of quality or quantity. (Derajat atau standar keberhasilan).
- Format perumusan tujuan instruksional
Harus ada kejelasan mengenai:
- Subyek adalah siswa
- Kata kerja menunjukan apa yang akan dikerjakan
- Keterangan menunjukan seberapa baik siswa harus menunjukkan kemampuannya
- Dengan atau tanpa menggunakan alat apa dan dalam keadaaan bagaimana
Nama : Weka Indriani
NIM : 10401241007
Jurusan : PKnH Reguler 2010
Tugas : Perencanaan Pembelajaran PKn
Resume Disain Instruksional (Drs. Abd. Gafur, M. Sc.)
BAB 1
Konsep Pendekatan Sistem (Systems Approach)
Sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasar atas kebutuhan yang telah ditentukan. Unsur-unsur suatu sistem yaitu a. Input (masukan) misalnya: sumber, biaya, personel b. Output (keluaran) misalnya: hasil, produk, atau keuntungan. Sifat-sifat suatu sistem: a. Terbuka vs Tertutup b. Sederhana vs Kompak c. Hidup vs Tak Hidup d. Susunan Vertikal (hierarchy).
Pengetahuan tentang sistem sangat berguna untuk penyusunan perencanaan (planing). Planning adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Keuntungan adanya suatu perencanaan: 1. Pendekatan sistem memberikan kepada kita suatu alat untuk menganalisis, untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah sesuai dengan yang kita inginkan, dengan menggunakan perencanaan yang sistematis 2. Suatu perencanaan yang sistematik mempunyai daya ramal dan kontrol yang baik.
Langkah-langkah suatu perencanaan yang sistematis adalah: 1. Identifikasi masalh berdasarkan kebutuhan 2. Tentukan syarat-syarat dan alternatif pemecahannya 3. Pilih strategi pemecahannya 4. Laksanakan strategi yang telah dipilih untuk mencapai hasil yang diharapkan 5. Tentukan efektivitas hasilnya dengan jalan mengadakan evaluasi 6. Adakan revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses tersebut. Kelemahan dari planning tersebut adalah: 1. Menghabiskan waktu, tenaga dan biaya 2. Keadaan bisa berubah disaat proses sedang berjalan.
BAB 2
Pengembangan Sistem dan Disain Instruksional
Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan didalam tingkah lakunya. Disain sistem instruksional adalah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional.
Dua macam proses pengembangan sistem dan disain instruksional: 1. Dengan pendekatan secara empiris. Proses ini dilaksanakan tanpa menggunakan dasar-dasar teori secara sistematis. Bahan pengajaran disusun berdasar pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tak sesuai dengan apa yang diharapkan, materi pengajaran direvisi. 2. Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach). Hasil belajar yang diharapkan bisa diklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk tiap tipe tujuan khusus (obyective) dapat dipilihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa diciptakan, dan perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan.
Kelompok-kelompok yang termasuk pengembang sistem dan disain instruksional yaitu: guru sekolah, pengarang, pendidikan dan ahli psikologi, developer dan designer yang profesional.
BAB 3
Model Pengembangan Sistem dan Disain Instruksional
Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suau kebutuhan , pemilihan media, dan evaluasi. Model pengembangan sistem dan disain instruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem dan disain instruksional.
Ada beberapa model pengembangan sistem dan disain instruksional, mulai dari yang sangat kompleks (rumit) sampai kepada model yang sederhana yang masing-masing mempunyai persamaan dan perbedaan misalnya: model PPSI, model Kemp, model yang dikembangkan oleh Dick & Carey, kombinasi Kemp & Dick, model “Instruksional Development Institute” (IDI) . (bisa dilihat di buku “Disain Instruksional” oleh Drs. Abd. Gafur, M. Sc.)
BAB 4
Identifikasi Tujuan Instruksional Umum
TIU merupakan pernyataan umum mengenai hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu program pengajaran. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan TIU yaitu: 1. Kebutuhan untuk mengajarkan TIU tersebut 2. Ahli dalam bidang yang akan diajarkan 3. Materi pelajaran 4. Jenis kemampuan atau tingkah laku sebagai indikator tercapainya TIU 5. Siswa dan kesulitan yang pernah dihadapi.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun dan menilai TIU: 1. Apakah didalam merumuskan TIU digunakan kata-kata kerja yang menunjukan tingkah laku yang harus dilakukan oleh siswa? 2. Apakah TIU tersebut terlalu luas, terlalu sedikit atau cukup sesuai dengan waktu yang tersedia dan kebutuhan siswa? 3. Apakah TIU tersebut jelas atau kabur?
BAB 5
Analisis Instruksional
Analisis instruksional adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional, akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan (sub ordinate skills) yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Kegunaan analisis instruksional adalah: 1. Membantu para guru/pendidik maupun penyusun disain instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa 2. Membantu para guru didalam menganalisis tingkah laku (behavior) yang berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun sub tugas 3. Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.
Metode dan prosedur analisis instruksional: a. Metode analisis instruksional dipergunakan untuk menjelaskan teknik serta langkah-langkah didalam melaksanakan analisis instruksional b. Pendekatan posedural dan hierarki didalam analisa instruksional. Pendekatan prosedural dipakai bila tingkah laku yang diajarkan pada pokoknya merupakan serangkaian tingkah laku yang dilaksanakan secara berurutan untuk mencapai tujuan instruksional umum. Pendekatan secara hierarkhial dipakai untuk mengidentifikasi “sub ordinate skills” atau ketrampilan-ketrampilan yang mendahului atau membawahi (sub skills) yang harus dimiliki sebelum dapat mencapai tujuan instruksional.
BAB 6
Identifikasi Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa
Obyektive atau tujuan instruksional khusus adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa manakala ia telah selesai mengikuti suatu program pengajaran. Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan, termasuk didalamnya lain-lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mulai mengikuti suatu program pengajaran.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan didalam menganalisis karakteristik siswa: 1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal seperti kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan, dan kemampuan gerak (misalnya menggerakkan tangan, kaki dan badan) 2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial kebudayaan 3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dsb.
Metode (teknik) analisis karakteristik siswa: 1. Dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang tersedia 2. Dengan menggunakan tes prasarat dan tes awal 3. Dengan mengadakan konsultasi individual 4. Dengan menyampaikan angket.
BAB 7
Penulisan Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional lebih menitikberatkan pada tingkah laku yang bisa diamati dan diukur. Menurut Bloom ada 3 aspek TIK (objectives) yakni: aspek pengenalan, aspek perasaan, aspek gerak. Kegunaan adanya tujuan instruksional yaitu: memberikan kriteria yang pasti seperti kemajuan belajar siswa dan tingkat kemampuan dapat ditentukan secara pasti, memberikan kepastian mengenai kemampuan/ketrampilan yang diharapkan dari siswa, memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektivitas pengajaran, memberi petunjuk kepada penyusun disain untuk menentukan materi dan strategi instruksional dan untuk siswa sendiri menjadi jelas tentang petunjuk mengenai apa yang dipelajari dan apa yang akan diujikan/dinilai dalam mengikuti suatu pelajaran.
Bagaimana cara merumuskan tujuan instruksional?
- Kriteria perumusan tujuan instruksional yang baik
Menurut Baker ada 4 unsur, yaitu:
- A Subject: the learner (murid, siswa, mahasiswa)
- A Verb: behavior, or behavior product (tingkah laku, hasil tingkah laku)
- Given condition: the situation in wich the behavior occurs. (Syarat atau keadaan di saat siswa menunjukan hasil belajar)
- Standards: of quality or quantity. (Derajat atau standar keberhasilan).
- Format perumusan tujuan instruksional
Harus ada kejelasan mengenai:
- Subyek adalah siswa
- Kata kerja menunjukan apa yang akan dikerjakan
- Keterangan menunjukan seberapa baik siswa harus menunjukkan kemampuannya
- Dengan atau tanpa menggunakan alat apa dan dalam keadaaan bagaimana
sumber : Disain Instruksional (Drs. Abd. Gafur, M. Sc.)
Tinggalkan komentar
Comments 0